Rabu, 04 Juni 2008

SEKSPLORASI DAN SASTRA KELAMIN


Judul buku : Jangan Main-Main (dengan kelaminmu)

Penulis : Djenar Maesa Ayu

Penerbit : Gramedia, Jakarta

Tahun Terbit : Cetakan I, Januari 2004

Tebal : xxvii + 122 halaman

Peresensi : M. Haninul Fuad



Pembicaraan seputar seks (kelamin) seperti tidak ada surutnya. Mulai dari gosip sampai analisis fakta, masalah seks menempati rating yang cukup tinggi. Dalam dunia akademik juga tidak sepi pembicaraan seputar seks. Contoh yang membuat kita prihatin adalah kasus pembuatan VCD porno oleh oknum mahasiswa. Seks memang benar-benar dahsyat!!

Dalam dunia perbukuan kita seks menunjukkan eksistensinya. Buku-buku yang berkelamin buku yang mengeksplorasi seks, berhamburan membanjiri toko-toko buku. Untuk menyebut beberapa judul, Jakarta Under Cover I dan II, Kamasutra, Seks in the Kost, Pemerkosaan Atas Nama Cinta, dan jangan Main-main (dengan Kelaminmu).Yang terakhir inilah yang akan saya bicarakan di sini, dengan pertimbangan penulisnya (Djenar Maesa Ayu) adalah perempuan, cantik, dan yang jelas punya kelamin untuk dibicarakan.


Dunia sastra yang merupakan subset (himpunan bagian) dari integralitas hidup, terserang juga oleh wabah seks. Dekade 80-an Gunawan Mohammad menulis Seks, Sastra, Kita . Kemudian angkatan 2000 yang diwakili oleh Ayu Utami membuat kejutan dengan seksplorasi dalam kesastraan. Tak urung Ayu ditahbiskan sebagai pembaharu dunia sastra (angkatan 2000, Korie Layun Rampan). Kemudian, awal 2004 ini Djenar Maesa Ayu muncul lagi untuk menggairahkan dunia sastra lewat Jangan Main-main (dengan kelaminmu) . Sebuah kumpulan cerpen yang lebih dari 80% mengungkap masalah kelamin.

Berikut pengakuan jujur Djenar: Saya hairan, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekalipun terlintas di kepala saya tentang pernikahan. Tapi jika dikatakan hubungan kami ini hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. Saya sangat tahu aturan main. Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk bermain-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun? (Jangan main-main dengan kelamin, 2004:2).

Saya fikir, apa yang diungkapkan Djenar adalah tamparan telak pada norma yang selama ini memnganggap masalah seks sebagai sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, apalagi dibukukan. Dan orang boleh saja menyimpulkan langkah Djenar ini sebagai langkah yang berani. Saking beraninya, langkah ini kita ungkapkan sebagai virginitas, tapi yang klise. Karena, jauh sebelun Djenar, orang sudah banyak yang bermain kelamin.

Satu lagi, Djenar menampar muka kita lewat Menyusu Ayah. Nama saya Nayla. Saya perempuan, tapi saya tidak lebih lemah dari laki-laki. Karena saya tidak menghisap putting payudara Ibu. Saya menghisap penis ayah. Dan saya tidak menyedot air susu Ibu. Saya menyedot air mani ayah

Ungkapan jujur dan apa adanya (baca: ngeres) ini, menjadi nilai lebih kumpulan cerpen Djenar. Lebih baik dan lebih buruk menurut saya sama saja, sama-sama lebih. Begitu juga untuk buku-buku lain yang sama-sama memiliki kelamin.

Berbicara kelamin dalam dunia sastra, kita akan terbawa pada ambivalensi etika dan estetika. Disinilah sejatinya letak permasalahan sastra kelamin. Apakah yang ditulis Djenar sebatas seksplorasi ataukah sebuah aliran baru dunia sastra (sastra kelamin)? Pertanyaan ini akan terjawab dengan membaca 2-3 kali kumpulan cerpen ini.

Pembaca akan dibawa pada virginitas seorang Djenar. Gaya repetitif yang tergambar jelas pada Jangan Main-main (dengan kelaminmu) merupakan bentuk pengungkapan yang mengasyikkan. Sebuah masalah diulang pengungkapannya oleh empat orang dengan sudut pandangnya masing-masing. Cerita-cerita lain juga mengunakan gaya repetitif, hanya saja yang paling kental ada pada Jangan Main-main (dengan kelaminmu) .

Selain masalah kelamin, kumpulan ini juga memuat tema-tema seperti moral, dan masalah humaniora yang lain. Bahasa eksperimental yang mendukung menjadikan buku kumpulan cerpen ini enak dibaca siapa saja. Baik dari kalangan yang berkecimpung secara serius dalam kesusastraan sebagai kajian maupun yang sekedar easy going.

Pada hemat saya, seksplorasi dalam dunia sastra, tidak hanya menciptakan aliran baru (sastera kelamin), tapi konsistensi seorang Djenar yang terus menerus akan menjadikan orang gamang dalam memaknai hidup. Orang akan bertanya-tanya Benarkah hidup ini untuk kelamin?

3 komentar:

anton Edan mengatakan...

hallllllllllo

anton Edan mengatakan...

Eksplorasi seks/kelamin bagi masyarakat Timur pada umumnya memang tabu. Tapi, mereka menganggap tabu coz aturan agama dan norma masyarakat. sedang dalam sudut pandang sastra, segala hal bisa diungkap. ada prinsip bahwa sastra itu diciptakan untuk membuat pembacanya senang dan karyanya berdaya guna (dulce et utile). nah, dari prinsip ini sastra kelamin kan memang banyak membuat pembaca yang kelebihan hormon testoteron menjadi senang. selain itu, jenis pembaca yang penganut paham kebebasan dan pendobrak aturan juga akan senang. sedangkan kegunaan sastra jenis ini juga tergantung segmen pembacanya.

Faik Fauzi mengatakan...

Download disini Gan: http://www.faikshare.com/2011/03/jangan-main-main-dengan-kelaminmu.html