Rabu, 18 Juni 2008

Gerilya Che Guevara yang Heroik

Judul Buku: Pidato-pidato Politik Che Guevara
Penulis: Che Guevara
Penerbit: Diglosia, Surabaya
Tahun Terbit: Cetakan I, Juni 2004
Peresensi: M. Haninul Fuad*)

“Banyak orang akan menyebut saya petualang –dan itulah saya, hanya salah satu dari jenis petualang yang berbeda: salah satu orang yang mengambil resiko untuk membuktikan kata-kata hampanya” –Che Guevara.

Ernesto Ravael Guevara De La Serna (14 Juni 1928 – 9 Oktober 1967) atau biasa dipanggil Che Guevara adalah tokoh penggerak revolusi Kuba. Suatu ketika ia berada di Chuquicamata, sebuah kota tambang tembaga terbesar di dunia dan sebuah benteng partai komunis di Chile. Ia melihat adanya jurang perbedaan yang mencolok antara para mandor penambang –para juragan berambut pirang dan yonke- dan para penambang.
Realitas yang ia lihat di penambangan inilah yang berpengaruh besar terhadap cara pandangnya. Kemudian, ia menuliskan semangat refolusionernya untuk mengubah nasip para buruh tambang dalam dinginnya malam dan semangat kebersamaan. Sebagian besar penulis biografi Che percaya: bermula dari kunjungan ke Chuquicamata proses kebangkitan politik Che bermula. Che bercita-cita mengubah nasip para buruh dengan perjuangan revolusioner yang begitu heroik dan mendebarkan.
Latar belakang pendidikan Che yang kedokteran, jelas kurang mendukung kiprah politiknya. Semangat juang membebaskan rakyat dari kaum “penindas” adalah modal yang paling ampuh dalam menjalankan gerakan revolusi. Memaknai kematian, Che memandangnya sebagai sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia yang hidup. Oleh karenanya, dalam pernyataan revolusionernya Che mengatakan, “Dalam sebuah revolusi, orang menang atau mati”.
Tahun ini, dunia perbukuan Indonesia di banjiri oleh buku-buku yang mengupas heroiknya biografi Che Guevara. Sebelum buku ini, penerbit Narasi meluncurkan buku “Hari-hari terakhir Che Guevara” yang menyajikan catatan harian sang revolusioner. Gairah penerbitan buku Che ini dapat disikapi sebagai fenomena positif dalam pergerakan di Indonesia.
Menyimak kisah hidup Che Guevara yang heroik, orang tidak akan lupa dengan perang gerilya yang ia lakukan bersama kawan-kawan seperjuangan yang konsisten pada gerakan revolusi. Bagaimana strategi perang gerilya Che Guevara? Buku “Pidato-pidato Politik Che Guevara” mengupas apa dan bagaimana perang gerilnya pada revolusi Kuba.
Perang yang dilancarka kelompok Che Guevara selalu membawa ke setiap sudut dimana musuh membawanya. Musuh tidak diberi kesempatan untuk menikmati masa damai baik di luar barak maupun di dalam baraknya. “Kita harus menyerang musuh dimana saja, membuatnya seperti binatang buas yang terpojok,” begitu ungkap Che (halaman 27).
Medan yang dihadapi oleh kelompok gerilyawan tidaklah mudah. Udara dingin di pegunungan dan nyamuk ganas di hutan menjadi teman sehari-hari. Belum lagi sakit asma yang diderita Che guevara, dan ditambah patroli tentara bolivia yang menuntut kewaspadaan. Semuanya memerlukan strategi yang matang.
Perang, menurut Che, bukanlah solusi terbaik dalam sebuah perselisihan. Seorang revolusioner tidak harus memanggul senjata selagi jalan damai bisa ditempuh. Menghadapi kebengisan pemerintah yang sah hasil pemilu –curang ataupun tidak- perang gerilya tidak dapat dilakukan, karena kemungkinan-kemungkinan perjuangan yang damai belum usai (halaman 130).
Tentang cinta damai, Che mengatakan, “Dengan resiko yang tampak menggelikan aku mengatakan bahwa tokoh revolusioner yang sebenarnya tertuntun oleh perasaan cinta yang besar”.
Akhir dari sebuah drama kehidupan tokoh revolusi terkenal berada pada pucuk senapan. Kelompok gerilyawan yang sudah lama diburu, akhirnya pada tanggal 8 Oktober 1967 dapat dilumpuhkan. Sehari kemudian Che dibunuh setelah penangkapnya melakukan konsultasi dengan pemerintah Bolivia dan Washington. Tapi, semangat juang dan strategi perang gerilya yang dilaksanakan oleh Che Guevara menjadi inspirasi gerakan revolusi di berbagai belahan dunia.

*) Penulis adalah Guru di Ponpes Mamba'unnur sedang melanjutkan studi di Univ. Negeri Malang

3 komentar:

nida mengatakan...

saya pernah baca buku che guevara, kisahnya memang heroik. resensi mas fuad juga menggambarkan heroisme itu...heroisme yang pernah saya baca beberapa tahun yang lalu
selamat atas taman bacanya

nida mengatakan...

usul saran....
saya tahu mas fuad kan dekat dengan media massa di malang, gimana kalau kedekatan masfuad dimanfaatkan untuk membangkitkan kegiatan diskusi???

andreas iswinarto mengatakan...

Buku Perang Gerilya Tan Malaka dan Che Guevara
semoga bermanfaat..
Ketika memperingati sewindu hilangnya Tan Malaka pada 19 Februari 1957, Kepala Staf Angkatan Darat Mayor Jenderal Abdul Haris Nasution mengatakan pikiran Tan dalam Kongres Persatuan Perjuangan dan pada buku Gerpolek (Gerilya Politik Ekonomi) menyuburkan ide perang rakyat semesta. Perang rakyat semesta ini, menurut Nasution, sukses ketika rakyat melawan dua kali agresi Belanda. Terlepas dari pandangan politik, ia berkata, Tan harus dicatat sebagai tokoh ilmu militer Indonesia.
(sumber Tempo)

Dalam bentuk tanya jawab Tan Malaka di dalam bukunya Gerpolek menjelaskan itu secara gamblang. Menurut Malaka GERPOLEK adalah perpaduan (Persatuan) dari suku pertama dari tiga perkataan, ialah Gerilya, Politik, dan Ekonomi. Lebih lanjut dalam bentuk tanya jawab Malaka menjelaskan sbb :

Apakah gunanya GERPOLEK?

GERPOLEK adalah senjata seorang Sang Gerillya buat membela PROKLAMASI 17 Agustus dan melaksanakan Kemerdekaan 100 % yang sekarang sudah merosot ke bawah 10 % itu!

Siapakah konon SANG GERILYA itu?

SANG GERILYA, adalah seorang Putera/Puteri, seorang Pemuda/Pemudi, seorang Murba/Murbi Indonesia, yang taat-setia kepada PROKLAMASI dan KEMERDEKAAN 100 % dengan menghancurkan SIAPA SAJA yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100 %.
SANG GERILYA, tiadalah pula menghiraukan lamanya tempoh buat berjuang! Walaupun perjuangan akan membutuhkan seumur hidupnya, Sang Gerilya dengan tabah-berani, serta dengan tekad bergembira, melakukan kewajibannya. Yang dapat mengakhiri perjuangannya hanyalah tercapainya kemerdekaan 100 %.

SANG GERILYA, tiadalah pula akan berkecil hati karena bersenjatakan sederhana menghadapi musuh bersenjatakan serba lengkap. Dengan mengemudikan TAKTIK GERILYA, Politik dan Ekonomi, tegasnya dengan mempergunakan GERPOLEK, maka SANG GERILYA merasa HIDUP BERBAHAGIA, bertempur-terus-menerus, dengan hati yang tak dapat dipatahkan oleh musim, musuh ataupun maut.

Seperti Sang Anoman percaya, bahwa kodrat dan akalnya akan sanggup membinasakan Dasamuka, demikianlah pula SANG GERILYA percaya, bahwa GERPOLEK akan sanggup memperoleh kemenangan terakhir atas kapitalisme-imperialisme.

-------------

Selain berhubungan cukup erat dengan Panglima Sudirman pimpinan gerilyawan yang tangguh (bahkan Adam Malik menyebutnya Dwitunggal), sebenarnya Tan Malaka pernah terlibat langsung dalam medan perang gerilya menjelang kematiannya. Silahkan baca liputan Tempo Persinggahan Terakhir Lelaki dan bukunya serta Misteri Mayor Psikopat. Sehingga sebenarnya lengkaplah Tan Malaka yang berperang dengan kata, organisasi, juga 'perang senjata'. Atau bisa dikatakan Gerpolek bukan hanya teori baginya, tetapi juga sebuah praktek perjuangan yang dilakukannya.

Dalam konteks ini saya setuju dengan ketika Harry Poeze mempersandingkan Tan Malaka dan Che Guevara. Walau saya agak terganggu ketika Poeze mengatakan Tan Malaka adalah Che Guevara Asia. Bagi saya Tan Malaka adalah Tan Malaka, Che Guevara adalah Che Guevara.


Sekedar memperbandingkan buku perang Gerpolek dan Esensi Perang Gerilya yang dituliskan oleh Che Guevara, saya kutipkan bagian tulisan Che Guevara tersebut

"Perang Gerilya, sebagai inti perjuangan pembebasan rakyat, mempunyai bermacam-macam karakteristik, segi yang berbeda-beda, meskipun hakekatnya adalah masalah pembebasan. Sudah menjadi kelaziman--dan berbagai penulis tentang hal ini menyatkannya berulang-ulang---bahwa perang memiliki hukum ilmiah soal tahap-tahapnya yang pasti; siapapun yang menafikannya akan mengalami kekalahan. Perang gerilya sebagai sebuah fase dari perang tunduk dibawah hukum-hukum ini; tapi disamping itu, karena aspek khususnya, sudah menjadi hukum yang tak hukum yang tak terbantahkan dan harus diakui kalau mau mnedorongnya lebih maju. Meskipun kondisi sosial dan geografis masing-masing daerah (country) menentukan corak atau bentuk-bentuk khusus suatu perang gerilya, tapi ada hukum umum yang harus dipatuhi jenis tersebut.

Tugas kita kali ini adalah menggali dasar-dasar perjuangan dari jenis (corak) ini, aturan-aturan yang harus di ikuti oleh rakyat yang berupaya membebaskan diri, mengembangkan teori atas dasar fakta-fakta, menggeneralisasikan dan memberikan struktur atas pengalaman tersebut agar bermanfaat bagi rakyat lainya.

Pertama kali adalah menetapkan : siapakah pejuang dalam perang gerilya ? Disatu sisi ada kelompok penindas dan agen-agennya, tentara profesional (yang terlatih dan berdisiplin baik), yang dalam beberapa kasus dapat diperhitungkan atas dukungan luas dari kelompok-kelompok kecil dari birokrat, para abdi kelompok penindas tersebut. Disisi lain ada populasi bangsa atau kawasan yang terlibat. Adalah penting menekankan merupakan sebuah perjuangan massa, perjuangan rakyat. Gerilya, sebagai sebuah nukleus bersenjata, merupakan pelopor perjuangan rakyat, dan kekuatan terbesar mereka berakar dalam massa rakyat. Gerilya hendaknya tidak dipandang sebagai inferior secara jumlah dibanding tentara yang ia perangi, meskipun kekuatan persenjataannya mungkin inferior. Itulah sebabnya mengapa perang gerilya mulai bekerja ketika kau memiliki dukungan mayoritas, sekalipun memiliki sejumlah kecil persenjataan yang dengan itu kau mempertahankan diri melawan penindas.

Oleh karena itu pejuang gerilya mendasarkan diri sepenuhnya pada dukungan rakyat di suatu area. Ini mutlak sangat diperlukan. Dan di sini dapat dilihat secara jelas dengan mengambil contoh kelompok-kelompok bandit yang bekerja di suatu daerah. Mereka memiliki semua karakteristik dari sebuah tentara gerilya : Homogenitas, patuh pada pemimpin, pemberani, pengetahuan tentang lapangan dan seringkali bahkan memiliki pemahaman lengkap tentang taktik yang harus digunakan. Satu-satunya kekurangan mereka adalah tidak adanya dukungan dari rakyat, dan tidak terhindari lagi kelompok-kelompok bandit itu ditangkap atau dihancurkan oleh kekuatan pemerintah."

---------
Akhir kata silahkan membaca lebih jauh Gerpolek, Massa Aksi dan buku-buku Tan Malaka lainnya untuk mengerti lebih jauh perkakas perjuangan rakyat yang digagas dan dipraktekannya, juga silah tengok lebih lanjut buku-buku Che Guevara yang sudah cukup banyak beredar di pasaran atau silah kunjung tulisan Che Guevara Online

Salam Pembebasan

Andreas Iswinarto


untuk link tentang tan malaka dan che Guevara silah akses Buku Perang Tan Malaka dan Che.

http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/buku-perang-tan-malaka-dan-che-guevara.html

atau

Untuk 34 artikel-opini (edisi khusus Tempo) dan 13 buku online Tan Malaka silah kunjung Tan Malaka : Bapak Republik Revolusi Merdeka 100 Persen
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/tan-malaka-bapak-republik-revolusi.html