Rabu, 02 April 2008

Madzhab Baru Dalam Psikologi


Judul Buku: Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme
Penulis: Supaat I. Lathief
Penerbit: Pustaka Ilalang, Lamongan
Tahun Terbit: Cetakan I, Maret 2008

Fenomenologi adalah sebuah metode pemikiran, a way of looking at a things, yang berbeda dari cara berpikir seorang ilmuwan. Ilmuwan bisa meyakinkan orang lain dengan mengajukan pembuktian hasil eksperimen ilmiah, yang dapat diuji oleh ilmuwan lain secara terbuka. Tidak demikian halnya dengan seorang fenomenolog. Yang terakhir ini hanya dapat mengarahkan mata orang lain, sehingga ia dapat melihat apa yang dilihat seorang fenomenolog.
Metode pemikiran ini pertama kali dirintis pertama kali oleh Edmund Husserl (1859-1939), seorang ahli filsafat Yahudi Jerman. Menurutnya, fenomenologi sebagai suatu disiplin filsafat yang akan berusaha melukiskan segala pengalaman manusia. Selanjutnya metode fenomenologis maknanya mulai berkembang, dan kata fenomenologis kira-kira bersinonim dengan deskriptif, yaitu mendeskripsikan seluruh gejala kesadaran; sedangkan yang menjadi obyek telaah adalah hakikat atau makna yang tampak sebagai gejala (fenomena) dalam kesadaran.
Fenomenologi menjadi sangat populer pada pertengahan abad kedua puluh atau sekitar tahun 50-an ketika banyak deskripsi fenomenologis bermunculan dengan gaya yang lebih hidup dan populis –di Perancis oleh Jean-Paul Sartre, Merleau-Ponty, sedang di negara Belanda dikembangkan oleh F. Buytendijk. Fenomenologi (Husserl) memahami kesadaran yang terarah kepada realitas (intensionalitas), maksudnya, kesadaran berarti kesadaran akan sesuatu. Peroalan yang tampak adalah kehadiran kedua belah pihak, subyek dan obyek. Subyek mengarahkan diri (kesadarannya) kepada obyek, dan sebagai akibatnya akan muncul sudut pandang. Fenomenologi berkeyakinan bahwa fenomen atau gejala harus diajak berbicara, diberi kesempatan untuk menampakkan diri. Sementara itu, kesadaran (subyek) dengan aktif menangkap hakikat obyek dengan analisis ketat (rigorous analysis) dan melalui proses empati. Jelas sekali fenomenologi menegasikan jarak atau kesenjangan antara subyek dan obyek. Kesadaran subyek tak sampai mengobyektivikasi obyek, melainkan menghayati, mengalami obyek untuk menangkap hakikat dan maknanya.
Metode fenomenologis Husserl ternyata telah membawa Martin Heidegger (1889-1976), seorang ahli filsafat kebangsaan Jerman, kepada filsafat dan psikologi yang berusaha menitikberatkan pada psikoterapis dan analisis fenomenolgis-eksistensial. Namun, analisis tersebut berkembang menjadi sebuah kajian empiris, seperti yang dipraktikkan dalam berbagai penelitian dan praktik psikoterapis, seperti dilakukan oleh Binswanger, Medrad Boss, Victor Frankl, Rollo May, Carl Rogers. Psikologi fenomenologi-eksistensial sendiri dipengaruhi oleh perkembangan filsafat eksistensialisme dengan menggunakan metode fenomenologis Husserl. Konsep-konsep dasar filsafat eksistensialisme kemudian diterapkan para psikolog eksistensialisme untuk menjelaskan eksistensi dan pengalaman manusia dalam praktik terapuetis mereka.
Lebih spesifik psikoterapi fenomenologi-eksistensial dipergunakan baik untuk mengungkap gejala eksistensi dan pengalaman manusia, juga untuk praktik psikoterapis terhadap subyek (klien, pasien) yang membutuhkan penanganan terhadap masalah-masalah eksistensial, seperti kecemasan, kehampaan, keterasingan psikologis, apatis, maupun ketidakbermaknaan hidup. Selanjutnya Binswanger, mengatakan psikoterapi fenomenologi-eksistensial merupakan kajian psikologis untuk mengungkap eksistensi manusia pada taraf empiris (fenomenal). Kajian tersebut tidak hanya untuk memahami gejala eksistensi manusia secara mendalam (teoritis), tetapi juga untu praktik terapuetis terhadap individu-individu yang mengalami ganggun psikologis.
Buku ini merupakan sebuah pengantar dalam memahami konsep-konsep dasar psikologi fenomenologi-eksistensialisme. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis menyajikan pokok-pokok pikiran para tokoh fenomenologi, eksistensialisme, serta perkembangannya dalam praktik psikoterapi fenomenologi-eksistensial, serta struktur eksistensi manusia maupun struktur pengalaman eksistensial manusia. Dengan demikian, kehadiran buku ini mampu membuka ketersembunyian dalam memahami konsep-konsep psikoterpai fenomenologi-eksistensial, sehingga dapat membantu mengaplikasikan dalam ruang kerja terapuetis mereka.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bukunya bagus mas.....
terus maju, sukses untuk taman bacanya

M. Tobib Muhyidin