Selasa, 11 November 2008

Strategi Melejitkan Lembaga Pendidikan


Judul Buku: Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan
Penulis: Zulkarnain Nasution
Penerbit: UMM Press
Tahun Terbit: Cetakan I, Pebruari 2008
Tebal: x + 222 halaman
Peresensi: M. Haninul Fuad*)

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, mau tidak mau lembaga pendidikan harus menempatkan dirinya secara tepat. Jika tidak, lembaga tersebut akan terseret arus globalisasi dan kemudian secara perlahan akan ditinggalkan orang.
Berita tentang lembaga pendidikan yang gulung tikar akibat ditinggalkan oleh siswanya bukan sekedar isapan jempol. Dengan banyaknya lembaga pendidikan dengan karakteristik yang bermacam macam, lembaga pendidikan akan terbawa pada suatu keadaan yang tunduk pada hukum pasar yaitu suplay (penawaran), demmand (permintaan) dan perhitungan laba-rugi. Ini berarti jika lembaga pendidikan tidak mampu memenuhi permintaan pasar sedang keberlangsungan pendidikan di lembaga tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit maka lembaga tersebut akan pailit alias gulung tikar.
Karena yang berbicara adalah hukum pasar, lembaga pendidikan harus benar-benar cerdik dalam membaca pasar. Termasuk juga strategi pemasaran dan pembangunan opini publik harus ampuh dan tepat sasaran. Di sinilah letak penting peran hubungan masyarakat (Humas) lembaga pendidikan. Dan, karena yang akan dipasarkan adalah jasa sebuah lembaga pendidikan maka diperlukan strategi khusus agar lembaga pendidikan tersebut tidak terjebak pada kapitalisme pendidikan.
Zulkarnain Nasution, seorang kepala Humas perguruan tinggi negeri dan sekaligus praktisi pendidikan (tenaga pendidik) mencoba menjawab permasalahan lembaga pendidikan tersebut lewat buku “Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya”.
Buku ini terbagi dalam 12 bagian yang meliputi: Peran lembaga pendidikan di era global, manajemen humas di lembaga pendidikan, fungsi dan peran humas di lembaga pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarakat, prinsip humas dalam kepemimpinan sekolah di era otonomi pendidikan, peran humas dalam mengembangkan perguruan tinggi, reposisi struktur humas pada organisasi perguruan tinggi, jabatan pranata fungsional humas di lembaga pendidikan, merencanakan dan menyusun program kerja humas di lembaga pendidikan, teknik kegiatan humas membina hubungan dengan pers, media humas di lembaga pendidikan, mengenal hakekat keprotokolan di lembaga pendidikan.
Dalam pembahasan yang cukup penting, Zulkarnain mendeskripsikan fungsi humas di lembaga pendidikan antara lain: Mengembangkan pemahaman kepada masyarakat tentang maksud-maksud dan sasaran dari sekolah; Menjalin dan meningkatkan hubungan harmonis antara orang tua siswa dengan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik; Membangun kesan positif dan kepercayaan terhadap sekolah; Menginformasikan kepada masyarakat tentang rencana program dan kegiatan sekolah; Aktif membangun kerjasama dengan instansi lain yang menunjang pendidikan di sekolah (halaman 40).
Yang tidak boleh dilupakan begitu saja oleh lembaga pendidikan adalah keberadaan media massa (pers). Kita bisa membangun citra –entah itu baik atau buruk- lewat media massa . Ibaratnya, pers adalah pisau bermata dua bagi lembaga pendidikan. Oleh karenanya seorang praktisi humas harus bisa memanfaatkan peluang sekaligus ancaman ini. Sekali saja salah dalam memperlakukan media massa maka akan terbangun citra buruk dalam lembaga tersebut. Yang pada akhirnya akan terbangun opini negatif di masyarakat.
Menghadapi permasalahan di atas, buku ini juga membahas bagaimana tata cara memperlakukan pers. Termasuk di dalamnya bagaimana menulis berita, pers release, siaran pers atau konferensi pers yang diulas melalui langkah-langkah yang sangat praktis dan aplikatif. Konsep-konsep dalam buku ini juga tidak terlalu muluk-muluk. Sebagai akibatnya, buku ini menjadi enak untuk diikuti oleh praktisi humas di lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah, atau pendidikan tinggi.
Ada banyak peluang yang belum dipahami oleh praktisi humas di lembaga pendidikan. Buku ini seperti melakukan proses penyadaran terhadap peluang-peluang tersebut dan yang pada akhirnya mendorong praktisi humas untuk melejitkan lembaga pendidikan di mana ia bekerja untuk menjadi terdepan di jajarannya. Selain melakukan penyadaran terhadap peluang, buku ini juga memberikan semacam inspirasi untuk lebih mengoptimalkan kerja humas sebagai mediator antara masyarakat dengan lembaga pendidikan. Di sinilah sejatinya letak penting keberadaan buku ini.

*) M. Haninul Fuad adalah penggiat Taman Baca Pakis Malang